OLEH: AL WA’DUL AKID
Aku menuju ke meja makan di kantin universitas setelah aku membayar
bon untukku dan sahabat-sahabatku. Ada seorang sahabat yang telah duduk
didekatku, maka akupun mendekatinya. Kemudian kamipun mengobrol dan
bercanda ria.
Salah seorang teman mendahului berkata,”Kamu melihat si turki?”
Kujawab,” Ya, akan tetapi sekarang ia telah banyak berubah”.
Dia bertanya lagi,”Kamu sudah menanyakan sebabnya?”
Aku menjawab,”Tidak, demi Allah, aku khawatir sebabnya
adalah sebuah luka yang justru dia ingin melupakannya. Di zaman sekarang
ini banyak terjadi seperti itu”.
Sahabatku itu terdiam dan kami menyelesaikan sarapan.
Saat itu waktu sudah mendekati jam kuliah, maka kamipun beranjak menuju
ruang kuliah.
Selang beberapa hari, aku melihat perubahan yang mencolok terhadap
teman Turkiku itu. Akan tetapi aku tidak berani lancang bertanya
kepadanya tentang sebab perubahan tersebut. Namun pikiran dan jiwaku
terus-menerus disibukkan oleh keinginan untuk mengetahui sebab
perubahannya.
Lama setelah itu aku berkumpul bersama si Turki dan
seorang sahabat dalam sebuah majelis, kami berbicara sekitar materi
perkuliahan dan tentang ujian. Tiba-tiba, sahabatku mendahului bertanya
dengan pertanyaan yang sangat membuatku tidak enak, dia
bertanya,”Tidakkah engkau tahu sebab perubahan si Turki?”. Aku
menjawab,”Tidak demi Allah, namun aku memohon kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, agar sebabnya adalah sebuah kebaikan”.
Pada saat itulah si Turki mengangguk-anggukkan kepalanya dan memutuskan untuk berbicara. Diantara yang ia katakan adalah:
Pada suatu hari kami pergi ke Makkah untuk umrah, aku masuk bersama
dengan sahabat-sahabatku setelah kaum muslimin selesai menyelesaikan
shalat ‘isya’. Kami melihat salah satu jama’ah shalat dekat dengan
pelataran thawaf, maka kamipun shalat bersama mereka, kemudian berdiri
untuk memulai umrah kami.
Di sana kami dapati manusia menuju ke satu arah tertentu dari tempat
thawaf, dan mereka lebih banyak mendekat ke arah Ka’bah. Kepadatan
semakin bertambah hingga kami yakin bahwa sesuatu telah terjadi sebagai
penyebab kepadatan yang menarik perhatian setiap orang yang ada di area
thawaf.
Aku dan sahabat-sahabatkupun mendekat, dan aku yang lebih dekat
dengan kejadian tersebut daripada mereka. Akupun memecah barisan, dan
setiap kali aku mendekat aku melihat perubahan warna (mimik) pada
manusia, hingga aku sampai kepada sebab kepadatan manusia tersebut.
Apakah yang terjadi?
Seorang laki-laki, yang dari pakaiannya bisa dikenali sebagai orang
berkebangsaan Afghanistan atau Pakistan, sudah tua, lebat dan panjang
jenggotnya lagi sangat putih yang tidak ditemukan warna hitam pada
jenggotnya. Seorang laki-laki yang terlentang di atas tanah, sementara
sebagian orang duduk di sisi kepalanya seraya mengatakan la ilaaha illallaah, dan mereka mengulang-ulangnya. Dan sini aku tahu bahwa laki-laki tersebut dalam keadaan sakaratul maut.
Ya Allah, sebuah kejadian yang menegangkan, dan aku tidak mampu untuk
menjelaskanya. Seorang laki-laki, menit demi menit berlalu, namun
semakin berat dia terlentang di atas tanah, seakan-akan dia adalah
sepotong kayu, sementara yang berada di sisi kepalanya mengulang-ulang
kalimat la ilaaha illallaah. Di
saat itu, mulailah laki laki tersebut berbicara, namun perkataannya
tidak kufahami dan oleh orang yang bersamaku. Aku sangka dia tengah
berbicara dengan bahasanya. Manusiapun mengulang-ulang laa ilaaha illallaah, laa ilaaha illallaah. Sementara dia terus mengulang ucapan yang tidak kami fahami.
Peristiwa tersebut semakin menegangkan, wajah-wajah manusia semakin
bertambah perubahannya. Setiap orang yang melihat pemandangan menakutkan
ini menjadi pucat. Bagaimana tidak, seorang laki-laki sedang melawan
kematian di hadapanmu, sementara manusia mengulang-ulang kalimat laa ilaaha illallaah sedang dia mengulang kalimat dengan bahasanya yang tidak difahami?!
Kemudian terjadilah sebuah peristiwa yang tidak pernah kulihat
sepanjang hidupku, orang yang ada di sisi kepalanyapun mundur dan
berdiri bersama kami. Tahukah anda apa yang terjadi?!
Kedua betis laki-laki tersebut bertautan satu sama lain!! Seketika aku mengingat firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,”Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan). (QS. Al-Qiyamah: 29)
Seakan-akan baru kali ini ayat tersebut melaluiku!!
Kemudian dia kembali berbicara, namun kali ini dia berbicara dengan
suara yang sangat jelas, dengan bahasa yang difahami, dikenal oleh
setiap orang yang berdiri saat itu.
Dia mengucapkan sebuah kalimat yang diucapkan dan dipahami maknanya oleh setiap muslim di dunia.
Dia berkata dengan sangat jelas,”laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasulullah!!
Kemudian terhentilah nafasnya, lemahlah tubuhnya, lunglailah kedua
betisnya yang sebelumnya saling bertautan satu sama lain. Setelah itu
kami tidak mendengar nafas maupun desahan. Lelaki itupun terdiam,
manusia mulai berbicara, namun dengan bahasa air mata, isakan, ratapan,
yang ini menangis, yang itu mengucapkan hauqolah (la haula wala quwata illaa billaah), yang di sana beristirja ‘Inaa lillaah wa innaa ilaihi raaju’uun). Seakan-akan lelaki jenazah tersebut adalah bapak bagi seluruh yang hadir atau saudara mereka. Betapa banyak orang berkata, “Betapa bahagianya dia, sungguh andai saja akulah yang berada di tempatnya”.
Lelaki itupun dibawa, dan sebagian muhsinin mengurusi
administrasinya. Keluarganya -yang di Makkah- berpendapat agar ia
dishalati di Masjidil Haram. Maka kamipun berusaha mengetahui kapan dia
dishalati, pada shalat fardhu yang mana. Keesokan harinya kami
menshalatinya.
Itu adalah sebuah kejadian yang menghujam erat di dalam lubuk hatiku.
Sebuah kejadian yang tidak mungkin terlupakan oleh berlalunya siang dan
malam. Sejak itulah, dengan taufiq Allah, keadaanku berubah dan aku
memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketetapan di atas al-haq bagiku dan bagimu hingga kita bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selesailah kisah dari teman Turkiku tersebut. Aku memohon kepada Allah ketetapan bagiku, baginya dan bagi setiap ahli tauhid.
Namun, anda sekalian, wahai pembaca yang budiman, bagaimanakah
keadaan akhir hayat anda nanti? Akhir penutupan usia anda jika anda
menghadapi sakratul maut?!
Apakah anda akan mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah, atau kah akan di kunci atas anda hingga anda tidak mengetahui sesuatupun tentang syahadat?!
Apakah anda akan mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah, atau kah akan di kunci atas anda hingga anda tidak mengetahui sesuatupun tentang syahadat?!
Wahai pembaca yang budiman, ketahuilah bahwa siapa yang tumbuh di
atas sesuatu maka dia akan tua di atasnya, dan siapa yang tua di
atasnya, maka dia akan mati di atasnya pula.
Sakaratul maut itu seperti gantungan yang ada dalam dada. Maka
barangsiapa jiwanya bergantung kepada Allah mengikuti
perintah-perintahNya, meninggalkan larangan-laranganNya, maka dialah
orang yang sukses dan mendapatkan laba. Namun barangsiapa jiwanya
bergantung pada dunia, dia lebih mengutamakannya daripada akhirat, maka
dialah orang yang merugi dan menyesal. Maka sungguh celaka dia pada hari
penyesalan. Mari kita sadar dan bertaubat sebelum segalanya terlambat
(AR)
*** sumber qiblati edisi 11/III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mengatakan